Rabu, 15 September 2010

NONTON YUK


MUSIK JAZZ TVRI
Saat suasana lelah setelah bekerja, sementara petugas sound di TVRI menyiapkan peralatan kable dan mic yang akan digunakan untuk pelaksanaan rekaman musik untuk kalangan menengah atas, diruangan bekas gudang dan tentunya sudah disulap layaknya studio, sungguh luar biasa karya ini. Produser acara musik Klab Jazz TVRI Safril Hendrias mengatakan bila kita ingin menikmati musik mari kita nantikan setiap 2 minggu sekali, pasti kalian terhibur, tayangannya setiap hari Senin minggu ke 2 & 4 pukul 23.00 WIB.
Sejarah musik jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa oleh musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik Jakarta. Mereka memainkan jazz ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya.
Dari berbagai artikel dan tulisan yang ditelusuri, amat susah untuk mendefenisikan secara baku, arti kata jazz itu sendiri. Namun dari berbagai tulisan mengenai sejarah dan perkembangan musik dunia, kata jazz adalah bahasa “slang” daerah pinggiran pantai barat Amerika Serikat dan untuk pertama kalinya dipakai secara resmi penggunaan istilah musik jazz ini pada tahun 1915 di Chicago.
Musik jazz adalah musik tradisional Amerika Serikat yang dikembangan oleh warga Afro-American di Amerika Selatan yang dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad ke-20. Lahirnya musik Jazz dipercaya sebagai perpaduan music Eropa dan Afrika.
Jazz adalah musik tradisional amerika yang perkembangannya bermula pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dalam komunitas afro amerika di daerah Amerika Selatan. Musik ini merupakan pertemuan antara musik eropa dan musik afrika.
Kata Jazz sendiri berasal dari bahasa "slang" daerah pantai barat amerika dan pertama kali digunakan untuk menerangkan musik ini di chicago pada tahun 1915. Semenjak berkembang pada awal abad ke 20 jazz telah berkembangmenjadi berbagai macam genre. Dari era ragtime pada awalnya, ke era bigbanddan swing pada tahun 1930 dan 1940, bebop pada pertengahan 1940-an, perkembangan ke arah latin jazz, semacam afro cuban dan brazillian pada 1950 dan 1960, jazz rock atau fusion dari tahun 1970
Diketahui sejak tahun 1978, festival musik jazz sudah digelar lewat Jazz Goes To Campus di Universitas Indonesia, terus berlangsung hingga kini dan tercatat sebagai festival jazz tertua di tanah air. Dua festival tahunan lain yang tak kalah taringnya adalah JakJazz yang digarap oleh sederet musisi jazz, sampai Jakarta International Java Jazz yang kini mencuri perhatian sebagai panggung akbar musik jazz.
Musisi-musisi muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya Ireng Maulana (gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo (saksofon), Luluk Purwanto (biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa (trombon dan bass), Bambang Nugroho (piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa musisi muda lainnya mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka jazz. Mereka adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale (bass), Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar) dan lainnya.
Demikian pula yang besar, pop jazz dan vocalists dari tahun 1950-an dan 1960-an yang digunakan oleh aturan dan instrumentasi arrangers dan musisi yang berkaitan dengan sebelumnya, dan pemahaman, maka kata-kata dari Big Band era. Popularitas jazz, dan cara bermain dalam perubahan gaya musik, waned setelah WWII. Namun band besar dari orang-orang seperti Duke Ellington, Woody Herman, Count Basie dan lain-lain upheld tradisi di tahun 1970-an dan seterusnya. Selain itu jazz kelompok kecil, terdiri dari kedua mantan band besar era soloists musisi muda baru dan sama-sama, ada lanjutan untuk memanfaatkan paralel distinctions banyak dari bahasa yang mereka bermain di ayunan dan rekaman sejak jatuhnya band yang besar.
Pertengahan tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan musiknya sebagai new age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop jazz, bahkan latin. Indra Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi Java Jazz, dengan mengganti beberapa personil.
Tahun 90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang terbentuk. Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil distilasi berbagai musik seperti fusion, acid, pop rock dan lainnya. Sebut saja Simak Dialog, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials.
Saat dimulainya VTR Klab Jazz pada hari Jum’at, 14 Mei 2010 yang lalu, setelah Openning Tune, Musik Instrumentalia bersama Totong Wicaksono DKK mendendangkan Laughter in the rain (cipt. Neil Sedaka) dan semakin hidup acara setelah dibuka oleh Nana Lee untuk menyampaikan pesan kepada lagu-lagu berikut yang diperdengarkan oleh Ariani dengan lagu haruskah kembali (cipt. Totong W) dan Fragile (cipt. Sting), Helmi Indra Kesuma dengan lagu Trouble in Paradise (cipt. Al Jerrau) dan lagu Pemuda (cipt. Chadra Darusman), dan Dana dengan lagu Cinta Kita (cipt. Totong W), demikian sungguh tidak terasa kita telah hanyut dalam buaian alunan musik maupun dengan penyanyinya.
Hingga saat ini musik jazz di tanah air terus berjuang untuk dapat menjangkau berbagai lapisan dalam masyarakat. Ironisnya musik ini belum mampu menjangkau seluruh lapisan, khususnya lapisan bawah. Bahkan ada sementara anggapan, yang menyatakan bahwa jazz identik dengan gaya hidup lapisan menengah keatas. Musik Jazz ada kecenderungan hanya difahami, dinikmati, dan dikonsumsi oleh orang-orang yang tergolong “gedongan” seperti kaum terpelajar, pengusaha, pejabat, dan selebriti. Sementara anggapan bahwa karena musik jazz mempunyai sofistikasi yang tinggi apabila maka ingin memahami orang harus memiliki intelegensia yang lebih dari pada pendengar musik lain. Argumen inilah yang memperkuat dugaan mengapa jazz hanya dimiliki lapisan menengah ke atas.
Anggapan lain setelah penayangan di TVRI yang kami terima, diantaranya: Apa pun kata orang, bagi saya, TVRI masih punya kelebihan. Jumat malam lalu, saya terpaku menonton acara TVRI, Program KLAB JAZZ TVRI sangat apresiatif, dengan suguhan musik jazz yang bagus. sudah sepantasnya musik Klab Jazz TVRI dapat dikemas lebih dengan keseriusan, karena program ini sesungguhnya sangat layak untuk dijual, bila demikian sungguh dapat dijadikan program unggulan yang kemudian dipromosikan sampai dengan mancanegara. Bila ada yang ingin melihat perkembangan program ini dapat langsung buka face book Klab Jazz TVRI. Melalui para penggemar dan penonton yang setia diharapkan tetap rutin tayangan ini di TVRI.....semoga. (M-08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar