Rabu, 15 September 2010

DUNIA CATUR


Mengenal lebih dekat

GM.Utut Adianto

Dalam rangka HUT TVRI Ke-48 kembali mengundang Utut Adianto untuk melakukan pertandingan eksebisi bersama para pemain catur TVRI termasuk melawan Juara Catur POR III TVRI Bali. Pada kesempatan ini yang di lawan berjumlah 25 orang termasuk Direktur Keuangan LPP TVRI Bpk Antar Sianturi.

Pada kesempatan ini akan kita lihat kemampuan seorang super Utut Adianto sebagai aset bangsa Indonesia, mari kita ketahui untuk mengenal lebih dekat.

Utut Adianto Wahyuwidayat (lahir di Jakarta, Indonesia, 16 Maret 1965; umur 45 tahun) adalah seorang pecatur yang sering dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah Grandmaster (GM) Indonesia berperingkat tertinggi di dunia saat ini. Pernikahannya dengan Dr. Tri Hatmanti, kini ia mempunyai seorang anak bernama Mekar Melati Mewangi

Rangkaian perjalanan prestasi selalu di dapat, pada tahun 1986, Utut Adianto meneruskan studinya mengambil jurusan hubungan internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjajaran, Bandung. Saat itu, hatinya mulai bimbang, memilih catur sebagai profesi atau melanjutkan kuliahnya. Ia kemudian memberanikan diri menghadap ketua umum persatuan catur seluruh indonesia (Percasi), yang juga menteri luar negeri sekaligus guru besar Unpad, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja untuk berhenti kuliah dan berkonsentrasi bermain catur. Ia juga berharap Pak Mochtar mau membiayai beberapa kejuaraan catur di luar negeri yang akan ia ikuti. Permintaan Utut itu ditolak. Pak Mochtar tetap menyarankannya melanjutkan kuliah. Akhimya, Utut menyelesaikan kuliahnya pada 1989. Setelah itu, ia bekerja di salah satu perusahaan pengembang terkemuka. Selama bekerja, Elo rating-nya perlahan-lahan menurun dari 2.525 menjadi 2.470 dalam waktu setahun terhitung sejak ia bekerja

Pria yang mendapat julukan ‘anak ajaib’ dan ‘syaraf baja’ ini dikenal piawai memainkan buah catur. Ia pertama kali mengharumkan nama Indonesia saat meraih Juara II Dunia (dibawah usia 16 tahun), di Puerto Rico. Dia Olahragawan terbaik Indonesia tahun 1995, ketika masuk ke dalam kelompok elit 60 pecatur top, pada 1995.

Saat meraih gelar grand master, ia adalah pecatur Indonesia termuda yang berhasil mencapai prestasi ini, yaitu pada usia 21 tahun. Sejak saat itu, prestasi tersebut telah berhasil dilewati pecatur muda lainnya, Susanto Megaranto, yang menjadi GM pada usia 17 tahun. Utut sempat menjadi grand master super pada tahun 1995-1999, saat ELO ratingnya melebihi 2600. Ia pernah masuk peringkat 100 besar dunia pada Juli 2001 dengan ELO rating 2598. Bersama dengan Machnan R. Kamaluddin, Ir. Eka Putra Wirya dan Kristianus Liem. Ia mendirikan Sekolah Catur Utut Adianto pada 1 Juli 1993, yang telah melahirkan beberapa pecatur nasional.

Dia terus melatih taktik, penilaian posisi, dan menciptakan langkah baru, jelas Utut, karena dunia catur juga terus berkembang, kendati tidak revolusioner. Yang berkembang subvarian. Di dalam subvarian seorang pemain menemukan langkah yang kuat. Itulah yang membuat catur tetap hidup. Dalam pengembangan langkah ini Utut dikenal sebagai jago Varian Caro-Kann. Kekampiunannya, menurut para pengamat, hanya bisa ditandingi oleh Anatoly Karpov.

Suatu kesempatan ia diundang untuk melakukan pertandingan pada Jumat, 7 September 2007 melawan pesulap dan "mentalist" Deddy Corbuzier dengan hasil pertandingan berakhir buntu (deadlock). Kenapa demikian..? Pada awalnya, pertandingan berjalan lancar, namun selanjutnya terjadi aksi yang dilakukan oleh Deddy saat jari-jarinya terus-menerus mengetuk meja, serta mata pesulap itu terus menerus menatap tajam mata GM Utut Adianto. Kemudian Utut yang telah unggul kualitas permainan, pada langkah ke-19 tiba-tiba melakukan kesalahan di luar akal sehat (blunder) dengan memberikan gratis gajahnya kepada lawan, dan tindakan itu oleh Utut sendiri dianggap aneh. Terus terang saya tidak bisa bermain dengan gangguan suara jarinya, serta tatapan matanya yang terus menerus memelototi saya," kata Utut. Ha...ha....ha...kita tentu semua berfikir ini hanya akal-akan si Deddy saja. Dipertandikan tingkat Internasional ini tidak boleh, sebaliknya Deddy berucap: "Saya tidak tahu kalau apa yang saya lakukan dilarang dalam peraturan pertandingan catur, karena itu memang cara saya seperti itu untuk mempengaruhi lawan. Sedangkan, wasit yang menangani pertandingan itu, Sebastian Simanjuntak, mengatakan, mungkin pertandingan bisa dilakukan kembali pada waktu mendatang dengan adanya kesepakatan peraturan dari kedua pemain itu. Mari kita tunggu saja.....(M-08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar