Senin, 22 Februari 2010

peresmian pemancar digitital 29 Januari 2009


NONTON YUK…
PERESMIAN UJI PENYIARAN TELEVISI DIGITAL
DI BANDUNG
Menteri Kominfo Tifatul, tepatnya pada tanggal 29 Januari 2010 malam telah melakukan peresmian uji coba lapangan penyiaran televisi digital di wilayah Bandung dan sekitarnya. Acara tersebut berlangsung di Gedung Sasana Budaya Ganesha Sabuga Bandung dan dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, sejumlah anggota DPR dan DPRD Jawa Barat, beberapa rektor perguruan tinggi di Bandung, sejumlah pejabat Pemda Jawa Barat serta beberapa pimpinan KPI dan KPID Jawa Barat. Acara yang berlangsung sangat meriah tersebut merupakan suatu rangkaian seremoni serupa yang juga telah sukses berlangsung ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu pada tanggal 13 Agustus 2008 di Studio TVRI Jakarta meresmikan soft launching uji coba siaran televisi digital di Indonesia, dan kemudian berlanjut ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20 Mei 2009.
Bapak Menteri menyatakan migrasi dari analog ke digital lebih menguntungkan karena gambar dan suara dengan kualitas yang jauh lebih baik. Selain itu dengan teknologi siaran digital, memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak dari pada televisi analog. Dengan teknologi digital saluran frekuensi televisi bisa lebih banyak lagi yang bisa dipancarkan. "Sinyal analog secara bertahap akan dihapus sehingga pada tahun 2018 Indonesia telah menjadi negara dengan siaran digital penuh".
Pada Saat yang sama juga Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyambut baik program ini. Ia berharap dengan kualitas siaran TV digital yang lebih baik, bisa meningkatkan informasi dan secara otomatis dapat mencerdaskan kehidupan masyarakat. Saat ini dunia pertelevisian di tanah air berkembang pesat, hal ini berdampak kepada peningkatkan laju perkembangan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat akselerasi informasi pembangunan di Jawa Barat.
Khusus untuk uji coba lapangan penyiaran televisi digital di wilayah Bandung dan sekitarnya ini merupakan bagian dari rangkaian uji coba lapangan televisi digital di lokasi lain selain Jabodetabek, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo. Tujuan uji coba lapangan ini adalah untuk melakukan sosialisasi layanan televisi digital secara langsung kepada masyarakat Bandung dan sekitarnya, dan kemudian agar masyarakat bisa menyaksikan langsung keungulan-keungulan yang dimiliki televisi digital dibandingkan televisi analog, cukup melalui pesawat televisi yang dimilikinya di rumah. Uji coba lapangan ini menggunakan pemancar televisi digital, berkekuatan daya pancar 5 kW di saluran 35 UHF, dan ditempatkan di TVRI Stasiun Transmisi Panyandakan-Bandung. Untuk bisa menerima siaran TV digital, diperlukan alat bantu penerima siaran, yang dikenal dengan istilah set top box. Alat ini dipasang tanpa perlu mengganti pesawat televisi dan antena yang ada. Dan kemudian pemirsa akan menikmati langsung kualitas televisi digital dengan gambar yang tajam dan suara yang jernih. Jumlah program siaran yang disiapkan untuk uji coba ini sebanyak 7 program siaran yaitu TVRI, TV Edukasi, SCTV, INDOSIAR, METROTV, TRANSTV/TRANS7 (secara bergantian), dan RCTI/TPI/GLOBALTV (secara bergantian). Ujicoba akan dilaksanakan untuk jangka waktu 1 tahun. Setelah uji coba selesai, diharapkan tahun depan layanan televisi digital di Bandung dan sekitarnya bisa dinikmati untuk semua saluran televisi.
Menurut Siaran Pers No. 12/PIH/KOMINFO/1/2010 ada sejumlah kegiatan yang pasca acara Bandung ini yang harus segera ditindak-lanjuti oleh Kementerian Kominfo, yaitu penyusunan regulasi tentang Master plan ferkuensi radio untuk televisi digital, penyusunan regulasi tentang Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi radio untuk televisi digital, penyusunan regulasi tentang tata cara perizinan penyelenggaraan penyiaran televisi digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (free to air), dan pelaksanaan seleksi perizinan penyelenggaraan penyiaran televisi digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (free to air). Di samping itu, juga masih ada pekerjaan rumah bagi Kementerian Kominfo adalah penyusunan regulasi tentang persyaratan teknis perangkat penyiaran televisi digital (pemancar dan alat bantu penerima siaran), penyusunan ketentuan Sertifikasi Teknis Menara Penyiaran, uji coba lapangan siaran televisi digital di daerah lain diantaranya Batam dan lain-lain, serta sosialisasi, kampanye, marketing dan edukasi kepada masyarakat tentang layanan televisi digital hingga siaran TV analog dihentikan hingga akhir tahun 2017 dan mendorong kesiapan industri dalam negeri untuk penyediaan set top box.
Dan pada acara peresmian di Bandung tersebut telah dibagikan 1.000 unit set top box untuk semua undangan yang hadir.
Acara peresmian yang dipandu Irvan hakim dan Dezwita Maharani, dengan suasana live music di Sabuga yang sangat meriah. Dengan diisi oleh penyanyi Lia, Dance Performance (tari Jaipong), Home Band ITB, Home Band Cakranada, lawakan berbalas pantun (ABF Performance), dan memunculkan tiga talkshow dengan dimulai yang pertama oleh Bapak Supeno, Bapak Gilang dan Satya Sudana (DirTek LPP TVRI) membawakan tema: Kesiapan Industri Penyiatan dan Industri STB dan yang kedua Prof. Atiek Rachmiatie dan Ibu Luly Rustandi dan tema: Kesiapan Masyarakat Menyongsong Era Digital, keduanya Host bersama Fifi Aleyda Yahya, dan yang terakhir perbincangan dengan Menkominfo.
Diharapkan Kelebihan TV Digital ini menjanjikan pula akan lebih banyak konten yang muncul dalam siaran televisi dimasa mendatang dan mendukung interaksi dengan pemirsanya dengan lebih dinamis. Ayo…kapan lagi bila tidak sekarang (M-08)

Profil Slamet Raharjo


Profil
S
lamet Rahardjo Djarot atau lebih dikenal dengan sebutan Slamet Rahardjo (lahir di Serang, Banten, 21 Januari 1949; umur 61 tahun) adalah seorang aktor senior Indonesia. Nama panggilan kecilnya adalah Memet. Pada tahun 1968 dia memulai karirnya dalam bidang teater dengan turut bergabung dalam Teater populer bersama Teguh Karya.
Beliau adalah seorang publik figur yang sederhana dan senantiasa bersahaja, yang selalu setia dan setiap saat berkunjung ke TVRI Senayan Jakarta.
Keakraban dimulai pada mulanya TVRI mengundang kami sebagai pakar untuk berbagi informasi di bidang masing-masing. Diantara kami ada Arswendo Atmowiloto, Romo Mudji, Putu Wijaya, dan Marseli Sumarno, dan berlima kami berdiskusi sambil mengoreksi acara di TVRI.
Kami menangkap ada pola pikir yang harus diubah. Sebagai tevevisi pelayanan publik, harus juga memperhatikan aspirasi-aspirasi publik, antara lain supaya rakyat bisa merasakan bahwa teve adalah bagian dari diri mereka.
Saya masuk TVRI bukan karena terpaksa. Ini karena saya menyadari betul banyak program yang tidak menjawab pemikiran-pemikiran. Dan ternyata acara kami jadi sebuah penawaran. Alhamdulillah, gayung bersambut, makin lama ratingnya makin bagus, dan beberapa program memiliki rating cukup lumayan dan baik.
Pada mulanya, program itu bernama Beranda Budaya, cuma kok sajake (sepertnya: red) budaya gitu ya, kata-kata yang orang nggak pernah tahu. Lalu kami melihat dari kacamata bahwa saya figur publik, mudah-mudahan bisa duduk di depan. Oleh teman-teman diputuskan, nama acaranya “Minggu Malam Bersama Slamet Rahardjo”.
Sesuai dengan judulnya acara ini memang dibawakan oleh Slamet Raharjo, Seorang aktor senior dan sutradara kawakan. Acara ini adalah acara dialog dengan membahas tema-tema kontemporer yang berada di sekitar kita. Dengan menghadirkan berbagai narasumber yang kompeten namun tetap diformat dalam sebuah obrolan ringan. Obrolan warung kopi. Dan dengan kapasitas sebagai seorang sutradara, Slamet Raharjo mampu mengkolaborasikan tiap narasumber agar tetap berjalan sesuai dengan tema, acara menjadi lebih segar karena Mas Slamet raharjo ditemani seorang seniman, penulis, Arswendo Atmowiloto. Maka semakin riuhlah obrolan Minggu Malem bersama Slamet Raharjo.
Biasanya pembuatan acara dilakukan secara rekaman setiap Kamis sore dan kami bersama crew TVRI bergabung menyamakan persepsi serta diskusi dengan tim inti produksi dan produksi dilakukan dengan mengangkat hal-hal yang hangat dan berkembang di masyarakat.
Sutradara yang mencuat dengan film pertamanya, Rembulan dan Matahari langsung bisa meraih Piala Citra tahun 1980 sebagai film terbaik, Piala Citra dalam kategori Aktor Utama pada film Ranjang Pengantin (1974), Piala Citra dalam kategori Aktor Utama pada film Badai Pasti Berlalu (1977)
Dalam memandu talkshow ditemani Arswendo Atmowiloto. Arswendo berperan sebagai pembuat suasana ”cair” dengan sentilan sinis sekaligus kocak. ”Saya tak bisa memandu acara ini tanpa didampingi ’orang gila’ lainnya,” kata Slamet tertawa.
Tugas saya sebenarnya hanya melengkapi pada awal konsep, menuju desain redaksi saya bersama Wendo, dibantu beberapa teman untuk berkolaburasi. Tapi lalu jadi borongan, bisa redaktur, bisa ini, dan juga harus bisa itu. Baru kemudian terpikir, saya sebagai presenter tidak boleh menyampaikan hal-hal yang bersifat alternatif.
Biografi Slamet Raharjo
Alamat : Jl. Gelatik III, Blok V.3 No: 4, Sektor II Bintaro Jaya.
Ayah : Djarot Djojoprawiro.
Ibu : Ennie Tanudiredja.
Istri : Mira Surianegara.
Anak : Laras (sarjana arsitektur) dan Kasih (semester VI kedokteran UI)
Pendidikan: SD (1959), SMPN VIII Yogyakarta (1962), SMAN TG Pandan (1967), Akademi Film Nasional Jayabaya-Kamera (tidak selesai 1968), Akademi Teater Nasional Indonesia-Art Directing (1969).
Film (antara lain): Tjoet Nja' Dhien (1988), Langitku Rumahku (1990), Fatamorgana (1992), Anak Hilang (1993), Telegram (2000), Pasir Berbisik (2001), Putri Gunung Ledang (2004), Banyu Biru (2005), Ruang (2006), Badai Pasti Berlalu (2007), Namaku Dick (2008), Laskar Pelangi (2008), Cinta Setaman (2008), Lastri (2008).
Teater: Jolalilo, Rambut Palsu, It Should Happen to A Dog, Laddy Aoi, Perempuan Pilihan Dewa, Dag Dig Dug, Pakaian dan Kepalsuan.
Kegiatan lain: Dosen Penyutradaraan FFTV-IKJ, Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1995-1999), Ketua Komisi Budaya Badan Pertimbangan Film Nasional/BP2N (1985-1998), Ketua Yayasan Teater Populer, Direktur Utama PT Ekapraya Tatacipta Film, President of CAPA (Cilect Asia- Pasific Association).
Aktor Slamet Rahardjo juga meraih penghargaan Anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) Award 2009. FTI memberikan penghargaan ini untuk kali keempat ini di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) pada minggu malam 27 Desember 2009. Anugerah FTI Award diberikan sebagai upaya untuk mengapresiasi pekerja teater yang memberikan kontribusi bagi eksistensi teater Indonesia. Bagi Slamet, dirinya sangat beruntung bekerja di bidang yang sangat ia cintai, yakni teater dan film.
Sederet penghargaan ini telah membuktikan bahwa beliau memang sangat mencintai seni acting yang telah mendarah daging dan patut diteladani, sehingga TVRI pun ikut beruntung karena sangat dekat dengan Slamet Raharjo dalam panduan acaranya Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo, semoga dapat bertahan acara ini dan dapat memunculkan inovasi bagi acara-acara TVRI lainnya. (M-08)

NONTON YUK

Selamat Pagi….Selamat Malam….
Nusantara

Tahun Tampilan memang benar dibuktikan, dengan munculnya program acara Selamat Pagi Nusantara dan Selamat Malam Nusantara. Program baru ini telah dimulai sejak tanggal 4 Januari 2010, tentunya dengan dibarengi semangat baru dan kreatifitas yang cemerlang dapat ditayangkan secara live Selamat Pagi Nusantara (SPN) pada pukul 05.30-07.30 Wib dan Selamat Malam Nusantara (SMN) pada pukul 21.00-23.00 Wib.
Redaksi langsung menyaksikan acara SMN pada tanggal 6 Januari 2010 dan SPN pada 7 Januari 2010 ke Studio 7 TVRI Jakarta, dan tampak begitu rumit bagi yang awam melihat situasi saat itu. Dengan menampilkan tata lampu dan dekorasi yang enak dipandang mata sungguh ini bagian dari karya nyata awal tahun yang cukup menarik. Tampak peralatan lengkap seperti menggunakan 5 kamera dan yang menghandlenyapun crew senior tentu menjadikan acara ini memang dibuat secara khusus.
SMN dipandu oleh Hibram/Mesty Hanyta, Warta Utama oleh Ansy Lema/Deasy Indriyani, dan kombinasi Bincang Dialog mengambil tema Keselamatan Penerpangan Indonesia dengan nara sumber Rendy Lamodjido (DPR RI) dan Tatang Kurniada (ketua KNKT), serta diisi hiburan segar oleh Didiek SSS dan Friends.
SPN dipandu oleh Anya Dwinov/Charles Bonar Sirait, Pembaca Berita oleh Imam/Coreta Kapoyos, dengan kombinasi dialog mengambil tema Pembangunan Banjir Kanal Timur oleh nara sumber Pitoyo Subandrio (Ka Balai Besar Wil. Sungai Ciliwung), Ir.M.Sanusi (Komisi DPRD DKI Jakarta) dan yang menarik acara ini di insert feature Pesona Wisata Ubud (on tape) selama 5 menit, serta hiburan segar intrument berupa lagu daerah.
Program feature yang ditayangkan ini adalah dari bagian tugas Manager Carent Affair (Sdr. Sifak Marsudi), yang mengatakan materi harus bagus, fresh dan bisa mengandung human interes, dan ditambahkan latar belakang pembuatan program ini sebetulnya sudah kebulatan tekat untuk menyambut tahun tampilan, dimana agar gaya tampilan ditahun 2010 harus berubah, baik dari segi isi maupun desain panggung, agar layar dapat dilihat lebih baik.
Saatnya bertemu salah satu Produser Selamat Malam Nusantara (Sdr. Yunio Prihartoto), sebelum beliau akan berangkat rapat Redaksi Monitor mencegat didepan ruangannya kerjanya, kami minta 5 menit saja untuk wawancara. Bagaimana sih dapur SMN? Dijelaskan, bahwa kami bekerja dengan sekitar 85 crew dengan pembagian tugas yang telah ditentukan, dimana sebelum acara SMN disiarkan, kami melakukan rapat produksi setiap jam 14.00 wib (ini dilakukan setiap hari), guna nya untuk mengetahui apa yang akan ditayangkan nanti malam, featurenya apa, dialognya siapa, barus setelah itu rundown dibuat, apa ini terkesan tidak terlalu spekulasi, karena serba dadakan semua? Oo..tidak justru ini kita akan menunjukkan aktulitas yang akan kita sampaikan pada pemirsa. Kemudian dalam rapat ini juga dibicarakan evaluasi atau perbaikan-perbaikan atas hal-hal yang masih dirasakan kurang.
Pada saat siaran, kami melakukan kerja bareng antara Bagian Produksi dan Pemberitaan, contoh di master control 2 (dua) Pengarah Acara duduk bareng, ini dimaksudkan agar suatu saat nanti mereka dapat sepaham/sehati dalam melakukan siaran ini. Dalam pembagian segmennya ada sekitar 5 – 7 kali teaser + commercial break dengan diawali tune pembuka, lagu pembuka, presenter membuka acara, warta utama, bincang dialog, feature, info publik, dan berita olah raga, semua kemasan diberi transisi musik agar tidak menjemukan. Cross Live juga dilakukan, meliputi siaran dari daerah ini dimaksudkan untuk menambah warna kebhinekaan negara kita yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar diseluruh nusantara. Awalnya pada siaran perdana memang terjadi keraguan, karena menyatukan persepsi banyak orang namun setelah memasuki satu minggu, terlihat lebih halus baik itu audio, maupun moving kamera distudio. Sasaran utama nonton SPN sebenarnya menekankan pada pemirsa, bahwa di TVRI telah ada berita dari seluruh Indonesia pada pagi hari, begitu juga malamnya, kita merenung telah terjadi apa sih hari ini, diharapkan masyarakat dapat hiburan dan informasi dengan acara baru ini.
Saat menjumpai GM. Berita (Sdr. Purnama Suwardi), dikatakan roh awal acara ini dari Direktur Program dan Berita, bahwa pada tahun 2010 TVRI harus tampil beda, dan berita-berita dari daerah dapat ikut mewarnai berita di tanah air, dan kemasannya tidak seperti infotainment, kemasannya serileks mungkin, pembawa acara bersaja, dan kusus yang malam Dunia Dalam Berita sudah tidak adalagi, dan menjadi dan dalam Warta Utama, dengan isi warta dunia yang disiarkan untuk menjadi segmen dalam SMN, dengan garapan crew gabungan dari Berita, Program dan Tehnik. Crew ini ditunjuk langsung dengan Nota Dinas Direktur, dan tentunya pengawasan dari struktural di Bidang Program Berita diwajibkan piket harian dan mencatat bila ada koreksi yang diperlukan sebagai bahan evaluasi. Kendala yang terjadi saat ini hanya berupa dekor, karena dekor yang digunakan SPN dan SMN masih sama, dan sesungguhnya tidak akan terjadi bila anggaran sudah turun, karena ini menyangkut APBN, bila turun sekarang tentu akan dilakukan hari ini juga, sehingga diharapkan pada saatnya akan dibuat setting dekor yang berbeda. Yang jelas acara ini sudah digodok secara matang, bersama-sama pimpinan TVRI seluruh Indonesia, dan bahkan semua ikut menyusun program ini melalui kelompok (Kepala Pemberitaan, Program, dan Tehnik…Red).
Dengan semangat yang tinggi semua crew produksi diharapkan acara ini menjadi pioner bahkan acara unggulan TVRI tahun ini, semangat dan tetap maju yang terdepan….semoga (M-08)

Sabtu, 20 Februari 2010

Pertandingan Bulutangkis di Kudus 8-12 Des 2009


DARI KUDUS MENUJU JUARA DUNIA

Babak final Turnamen Bulutangkis Antar Media baru saja digelar di kota Kudus yang letaknya tidak jauh dari Bandara internasional Ahmad Yani, dengan perkiraan perjalanan kurang lebih dua jam rombongan sampai di GOR bulutangkis termegah Kota Kudus yang letaknya di Kecamatan Jati milik PT Jarum.

Dengan berbekal anggota Tim yang terbatas dan pas-pasan TVRI dan Trans TV adalah wakil dari wartawan Jakarta yang maju untuk memperebutkan piala antar media yang dipelopori instansi PWI (Persatuan Wartawan Indosia). TVRI mengirimkan 5 orang personil terdiri dari: Sumarjo, Odi, Slamet, Wahyu dan Ganef guna mengikuti turnamen ini.

Dua tim lain yang ikut adalah dari Suara Merdeka dan Jawa Pos, dimana 4 tim yang bertanding ini merupakan para juara yang telah lolos dalam babak penyisihan dari daerahnya masing-masing meliputi DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Dalam pertandingan babak final nanti, sistem yang digunakan adalah kompetisi penuh dimana masing tim akan saling bertemu. Dengan jadwal pertandingan pagi / sore selama dua hari dan yang dipertandinan 1 tungggal dan 2 double.

Sangat menarik acara ini karena adanya pertandingan ekshibisi, diantaranya kedatangan Fung Permadi selaku Kasubdit pemandu bakat PB PBSI periode 2008-2012, dan selama jadi atlit dia pernah meraih runner up single kejuaraan dunia di Kopenhagen Denmark tahun 1999, dimana dia dikalahkan Sunjun asal China. Pada Double diwakili oleh pasangan Anthonius Budi/Sigit Budiarto

Hasil pertandingan, Juara I dimenangkan oleh Trans TV Juara II TVRI dan juara III bersama Suara Merdeka dan Jawa Pos.

Sebagai catatan, Tim dari Trans TV menurunkan pemain-pemain muda yang berbakat sehingga sangat menyulitkan tim TVRI yang mana memiliki selisih umur yang cukup jauh, sehingga diwaktu mendatangpun TVRI sudah sepantasnya untuk ikut menerjunkan atlit muda juga, dan dalam kesempatan yang diberikan pada wartawan ini sudah sangat tentu akan banyak hikmahnya karena untuk menaikkan pamor Indonesia dikancah Internasionalpun wartawan memiliki andil yang besar untuk menuju Juara Dunia. (M-08)