Rabu, 15 September 2010

NONTON YUK



DAKOCAN

"Dalam Komedi dan Canda" hadir setiap hari Minggu siang pukul 14.00 WIB di TVRI, ini adalah promo yang disampaikan melalui pesan yang sudah memiliki makna ajakan pada penonton televisi di TVRI.

Semula acara ini diidentikan seperti acara dagelan (jawa) atau lawakan yang sangat kental dengan bahasa yang disampaikan dilingkungan pulau Jawa namun menggunakan bahasa Indonesia, sehingga sangat mudah dimengerti dan dipahami oleh penontonnya.

Bila kita masih ingat, tidak bisa dimungkiri, mendengar kata Srimulat itu menjadi sumber inspirasi, dan sering kita langsung tertawa atau tersenyum. Bahkan ketika melihat orang melucu atau berbuat lucu kita akan menyamakan orang itu dengan kata Srimulat. Yah, walau pangung Srimulat saat ini sudah tidak ada lagi namun lawakan-lawakan mantan anggota Srimulat masih membekas di hati masyarakat Indonesia.
Memang panggung Srimulat kini telah tiada, namun mereka telah meninggalkan ilmu yang sangat penting, terutama dunia kesenian lawak. Sudah tak terhitung sejumlah pelawak yang terinspirasi Srimulat dan masih terkenal hingga sekarang. Sebut saja Thukul Arwana, Mi’ing Bagito dan Eko DJ. Mereka mengakui sangat terinspirasi oleh Srimulat.
Berkaitan dengan hal tersebut , salah satu pelawak senior Srimulat, Mamiek Prakoso mengakui bahwa jika untuk saat ini memang sulit untuk masuk ke dalam industri perlawakan. Karena, untuk saat ini memang guyonan Srimulat tak terlalu direspon oleh pasar. Sehingga diperlukan inovasi atau pembaharuan dalam garapan maupun produksi.
Ide muncul dengan komposisi garapan gabungan model lawakan dan kesenian yaitu dagelan yang di kombinasi dengan musik campursasi, memang ini bukan hal yang baru namun ini dapat dijadikan obat kerinduan penonton, yang sudah lama menantikan hiburan segar dan dapat dinikmati setelah melakukan kegiatan rutinitas.



Pelawak jebolan grup Srimulat, Mamiek Prakoso mengaku sangat kaget ketika mengetahui dirinya menjadi salah satu nomine di Festival Film Indonesia (FFI) 2009 untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik lewat film King. Mamiek akan bersaing dengan sejumlah aktor kawakan, seperti Deddy Mizwar (Ketika Cinta Bertasbih 2) dan Frans Tumbuan (Ruma Maida). Dia baru mengetahui hal itu, setelah beberapa hari sejak diumumkan, Minggu (6/12) lalu, di Kota Batu, Jawa Timur.
”Saya tahunya malah dari teman-teman. Mereka kasih selamat segala macam. Setelah itu, saya baru tahu dan sangat kaget,” beber Mamiek saat dihubungi Espos, Jumat (11/12).
Di film garapan Ari Sihasale itu, Mamiek berperan sebagai Tejo, seorang pria miskin dan harus membesarkan anak sendirian. Menurutnya, dengan masuk menjadi nomine FFI 2009 sungguh diluar dugaan karena dia terbilang jarang memainkan peran yang serius.
Kakak kandung penyanyi campur sari, Didi Kempot itu pun tak terlalu berharap banyak dalam festival yang rencananya akan dihelat Rabu (16/12). hkt


Komedi lucu yang diperankan oleh anggota Srimulat bersama talent- talent muda berbakat lainnya, serta primadona yg cantik yang akan membuat anda tersenyum dan melepaskan segala ketegangan ^^
KOMPAS — Mamiek Prakoso (46), pelawak Srimulat ini, mengaku tetap setia di jalur komedi. Di sisi lain, dia juga senang bergiat mempertahankan kesenian tradisional.
Setiap hari Rabu pukul 22.00, dia menggelar pentas seni tradisional.
”Saya tetap setia dan mencintai kesenian tradisional. Sepanjang mendapat dukungan dan fasilitas, seni tradisional akan bertahan hidup. Tentunya seni tradisional sendiri harus disesuaikan dengan perkembangan zaman agar dapat dinikmati semua kalangan,” kata Mamiek.
Pelawak kelahiran Salatiga, Jawa Tengah, ini memberi contoh musik campursari yang digemari banyak kalangan. Campursari merupakan hasil revitalisasi tembang-tembang tradisional Jawa, yang menyerap beragam jenis musik dan ritme.
VIVAnews-Grup lawak lawas yang booming pada tahun 1990an saat ini pamornya mulai meredup. Grup lawak yang dulu terkenal dengan Panggung Srimulat tersebut tenggelam di antara grup lawak yang lainnya. Bahkan karena lama tidak muncul bareng, para personilnya pun satu persatu ngelawak di grup lain seperti dalam Srimules atau Opera Van Java.

Berkaitan dengan hal tersebut , salah satu pelawak senior Srimulat, Mamiek Prakoso mengakui bahwa jika untuk saat ini memang sulit untuk masuk ke dalam industri perlawakan. Karena, untuk saat ini memang guyonan Srimulat tak terlalu direspon oleh pasar. “Jika saat ini Srimulat masuk ke dalam dunia perlawakan jujur kita akan malah tertelan. Karena memang lawakan kita tak sesuai dengan pasar , “ cetus Mamiek, Jumat 15 Januari 2010.

Dengan demikian menurut Mamiek, cara dari Srimulat untuk tetap eksis adalah dengan manggung di pinggiran. Meski demikian, bukannya Srimulat sudah mati. Tetapi saat ini kita sedang melakukan regenerasi.

“Karena memang regenerasi Srimulat gampang-gampang susah. Regenerasi yang kita lakukan butuh proses. Karena pelawak yang dibutuhkan Srimulat berbeda dengan grup lawak lainnya. Jika kita bisa, maka bisa dengan gampang dalam waktu sehari mendapatkan penggantinya, “ celetuk Srimulat.

Mamiek menambahkan, almarhum Teguh Srimulat (pendiri Srimulat, red) menginginkan pelawak Srimulat adalah pelawak yang memiliki ciri khas. Dan juga bukan hanya menimbulkan kelucuan tetapi juga enak ditonton. “Lawak kita bukan ala lawak yang sekarang sedang booming, seperti candaan yang lebih menonjolkan fisik, celaan, jorok atau candaan di bawah panggung, “ tegas Mamiek.

Srimulat adalah grup lawak yang sangat booming pada tahun 1970-1990. Di saat Teguh Slamet Hardjo, pemimpin grup ini masih hidup, Srimulat pada era 70-90-an, pernah berjaya sebagai bisnis lawak Indonesia. Inilah satu-satunya grup lawak yang dikelola seperti sebuah perusahaan, karena mempunyai usaha atau cabang di empat kota: Jakarta, Semarang, Solo dan Surabaya.

Tetapi setelah tahun 1990 an, grup Srimulat mulai meredup. Srimulat telah memunculkan bintang lawak seperti Asmuni, Tarzan, Tessy atau Nunung. Regenerasi berlangsung dengan lambat. Bahkan Srimulat mulai sangat jarang menghiasi layar televisi. Para personil mulai bergabung dengan grup lawak lain. Selain itu para senior Srimulat pun mulai meninggal dunia. Di samping beberapa dari mereka juga tersandung kasus narkoba.
Mamiek Prakoso Lahir 0 Desember 1963 (umur 47)
Nama lain Mamiek Podang Pekerjaan Aktor, pelawak Orang tua Ranto Edi Gude
pelawak Mamiek Prakoso (40) yang biasa dijuluki Mamiek Podang karena mengecat warna-warni dua sisi kiri-kanan rambutnya.

Agar bisa merangkul generasi muda, mau tidak mau para praktisi harus mengikuti kemauan anak-anak muda dengan mengganti kemasan seni tradisional ini.

Era yang dimiliki generasi muda sekarang adalah era praktis. Meskipun demikian, tentunya kita tidak boleh kehilangan nilai tradisi budaya itu sendiri.

“Saya sendiri sebagai praktisi mencoba untuk keluar dari pakem dengan merangkul musisi-musisi etnis dan mengadakan acara Campursari,” ujar Mamiek.

Campursari yang identik dengan musik Jawa terrnyata bisa dipadukan dengan musik lain, baik reggae, jazz, maupun blues.

Untuk menonton acara ini, Mamiek mengundang para mahasiswa, dan ternyata mendapat respons yang positif. Pada awalnya para anak muda ini sempat bertanya-tanya, namun ketika para pemain Campursari ini menyanyikan lagu Wonderful World, para penonton pun terperangah dan antusiasme mereka muncul.

Campursari yang telah dimodifikasi seperti itu adalah salah satu upaya untuk merangkul semua kalangan, termasuk generasi muda, agar mengenal budaya tradisional kita.

Apresiasi dari kalangan anak muda ternyata cukup bagus, bahkan beberapa di antara mereka menanyakan kapan ada pertunjukan lagi.

Kita sudah sering mendengar ungkapan “tak kenal maka tak sayang”.

Untuk itu, tradisi harus lebih dini dikenalkan pada anak-anak muda, bahkan kalau bisa dimasukkan kurikulum.

Karena seni itu menyangkut rasa, apabila seseorang mengerti seni, keindahan dalam nuraninya pun tebal sehingga lebih mudah menjalani kehidupan.

“Budaya menunjukkan bangsa,” kata Mamiek. Ketika budaya sudah tidak ditanggapi lagi di negara kita, kita menjadi bangsa yang tidak memunyai wajah lagi sebagai orang Indonesia.

Anak-anak muda sekarang ini jarang melihat pertunjukan seni lokal. Kalaupun ada yang mengikuti kesenian lokal, hanya dari komunitas.

Kendala lain adalah tingkat kesulitan dalam mempelajari budaya klasik karena proses yang dibutuhkan panjang. Itu adalah salah satu penyebab anak-anak muda bangsa enggan mempelajari tradisi.

Misalnya tarian daerah Jawa. Satu tahun pertama hanya untuk mempelajari dasar. Tiga tahun selanjutnya baru orang yang mempelajarinya mendapatkan rasa dan kecintaan.

Terlepas dari apa pun bentuk seni lokal, semua pihak harus bersatu padu untuk mendirikan sebuah tonggak yang bernama budaya tradisional. Sedangkan fenomena yang terjadi pada remaja saat ini, mereka tidak mau ambil pusing dan latah.

Apa pun yang sering muncul di televisi diikuti. Untuk hal ini, kalangan media juga punya peran besar dalam pencitraan bangsa, yang selama ini lebih banyak menampilkan hal-hal berbau ”impor”.
not/L-1
Campur Sari
Di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) pada tahun 1968 Manthous memperkenalkan gabungan alat gamelan dan musik keroncong, yang kemudian dikenal sebagai Campursari. Kini daerah Solo, Sragen, Ngawi, dan sekitarnya, terkenal sebagai pusat para artis musik campursari. Bahkan Bupati Sukoharjo ikut meramaikan bursa campursari.
Kesenian yang sudah berurat dan berakar dari tradisi yg dimiliki suatu daerah, Jadi dari dulu sampe sekarang kalo wayang tuh ya gitu aja, nari pendet ya seperti itu aja karena dulu begitu sekarang juga begitu gak ada perubahannya. Minat remsjs tergantung ortunya dan juga daerahnya. Kalo ortunya mendorong si anak misalnya tuk ikut karawitan, angklung, menari tradiosional dsb dan di sekolah juga ada ekskul yg tuj.melestarikan budaya tradisional (apalagi wajib) dah pasti akan terus berkembang dan tak mudah dilupakan.
Kesenian artinya keindahan. Keindahan yang membuat manusia baik pria dan wanita tak pernah bosan untk memandang nya, dan betah untuk berlama-lama dengan keindahan.

Kamu akan dibuat tersenyum dan melepaskan segala ketegangan walau sejenak, Jangan lupa nonton ya..
Thank u ^^

NONTON YUK


MUSIK JAZZ TVRI
Saat suasana lelah setelah bekerja, sementara petugas sound di TVRI menyiapkan peralatan kable dan mic yang akan digunakan untuk pelaksanaan rekaman musik untuk kalangan menengah atas, diruangan bekas gudang dan tentunya sudah disulap layaknya studio, sungguh luar biasa karya ini. Produser acara musik Klab Jazz TVRI Safril Hendrias mengatakan bila kita ingin menikmati musik mari kita nantikan setiap 2 minggu sekali, pasti kalian terhibur, tayangannya setiap hari Senin minggu ke 2 & 4 pukul 23.00 WIB.
Sejarah musik jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa oleh musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik Jakarta. Mereka memainkan jazz ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya.
Dari berbagai artikel dan tulisan yang ditelusuri, amat susah untuk mendefenisikan secara baku, arti kata jazz itu sendiri. Namun dari berbagai tulisan mengenai sejarah dan perkembangan musik dunia, kata jazz adalah bahasa “slang” daerah pinggiran pantai barat Amerika Serikat dan untuk pertama kalinya dipakai secara resmi penggunaan istilah musik jazz ini pada tahun 1915 di Chicago.
Musik jazz adalah musik tradisional Amerika Serikat yang dikembangan oleh warga Afro-American di Amerika Selatan yang dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad ke-20. Lahirnya musik Jazz dipercaya sebagai perpaduan music Eropa dan Afrika.
Jazz adalah musik tradisional amerika yang perkembangannya bermula pada akhir abad 19 dan awal abad 20 dalam komunitas afro amerika di daerah Amerika Selatan. Musik ini merupakan pertemuan antara musik eropa dan musik afrika.
Kata Jazz sendiri berasal dari bahasa "slang" daerah pantai barat amerika dan pertama kali digunakan untuk menerangkan musik ini di chicago pada tahun 1915. Semenjak berkembang pada awal abad ke 20 jazz telah berkembangmenjadi berbagai macam genre. Dari era ragtime pada awalnya, ke era bigbanddan swing pada tahun 1930 dan 1940, bebop pada pertengahan 1940-an, perkembangan ke arah latin jazz, semacam afro cuban dan brazillian pada 1950 dan 1960, jazz rock atau fusion dari tahun 1970
Diketahui sejak tahun 1978, festival musik jazz sudah digelar lewat Jazz Goes To Campus di Universitas Indonesia, terus berlangsung hingga kini dan tercatat sebagai festival jazz tertua di tanah air. Dua festival tahunan lain yang tak kalah taringnya adalah JakJazz yang digarap oleh sederet musisi jazz, sampai Jakarta International Java Jazz yang kini mencuri perhatian sebagai panggung akbar musik jazz.
Musisi-musisi muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya Ireng Maulana (gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo (saksofon), Luluk Purwanto (biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa (trombon dan bass), Bambang Nugroho (piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa musisi muda lainnya mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka jazz. Mereka adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale (bass), Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar) dan lainnya.
Demikian pula yang besar, pop jazz dan vocalists dari tahun 1950-an dan 1960-an yang digunakan oleh aturan dan instrumentasi arrangers dan musisi yang berkaitan dengan sebelumnya, dan pemahaman, maka kata-kata dari Big Band era. Popularitas jazz, dan cara bermain dalam perubahan gaya musik, waned setelah WWII. Namun band besar dari orang-orang seperti Duke Ellington, Woody Herman, Count Basie dan lain-lain upheld tradisi di tahun 1970-an dan seterusnya. Selain itu jazz kelompok kecil, terdiri dari kedua mantan band besar era soloists musisi muda baru dan sama-sama, ada lanjutan untuk memanfaatkan paralel distinctions banyak dari bahasa yang mereka bermain di ayunan dan rekaman sejak jatuhnya band yang besar.
Pertengahan tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan musiknya sebagai new age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop jazz, bahkan latin. Indra Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi Java Jazz, dengan mengganti beberapa personil.
Tahun 90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang terbentuk. Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil distilasi berbagai musik seperti fusion, acid, pop rock dan lainnya. Sebut saja Simak Dialog, Dewa Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani, Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials.
Saat dimulainya VTR Klab Jazz pada hari Jum’at, 14 Mei 2010 yang lalu, setelah Openning Tune, Musik Instrumentalia bersama Totong Wicaksono DKK mendendangkan Laughter in the rain (cipt. Neil Sedaka) dan semakin hidup acara setelah dibuka oleh Nana Lee untuk menyampaikan pesan kepada lagu-lagu berikut yang diperdengarkan oleh Ariani dengan lagu haruskah kembali (cipt. Totong W) dan Fragile (cipt. Sting), Helmi Indra Kesuma dengan lagu Trouble in Paradise (cipt. Al Jerrau) dan lagu Pemuda (cipt. Chadra Darusman), dan Dana dengan lagu Cinta Kita (cipt. Totong W), demikian sungguh tidak terasa kita telah hanyut dalam buaian alunan musik maupun dengan penyanyinya.
Hingga saat ini musik jazz di tanah air terus berjuang untuk dapat menjangkau berbagai lapisan dalam masyarakat. Ironisnya musik ini belum mampu menjangkau seluruh lapisan, khususnya lapisan bawah. Bahkan ada sementara anggapan, yang menyatakan bahwa jazz identik dengan gaya hidup lapisan menengah keatas. Musik Jazz ada kecenderungan hanya difahami, dinikmati, dan dikonsumsi oleh orang-orang yang tergolong “gedongan” seperti kaum terpelajar, pengusaha, pejabat, dan selebriti. Sementara anggapan bahwa karena musik jazz mempunyai sofistikasi yang tinggi apabila maka ingin memahami orang harus memiliki intelegensia yang lebih dari pada pendengar musik lain. Argumen inilah yang memperkuat dugaan mengapa jazz hanya dimiliki lapisan menengah ke atas.
Anggapan lain setelah penayangan di TVRI yang kami terima, diantaranya: Apa pun kata orang, bagi saya, TVRI masih punya kelebihan. Jumat malam lalu, saya terpaku menonton acara TVRI, Program KLAB JAZZ TVRI sangat apresiatif, dengan suguhan musik jazz yang bagus. sudah sepantasnya musik Klab Jazz TVRI dapat dikemas lebih dengan keseriusan, karena program ini sesungguhnya sangat layak untuk dijual, bila demikian sungguh dapat dijadikan program unggulan yang kemudian dipromosikan sampai dengan mancanegara. Bila ada yang ingin melihat perkembangan program ini dapat langsung buka face book Klab Jazz TVRI. Melalui para penggemar dan penonton yang setia diharapkan tetap rutin tayangan ini di TVRI.....semoga. (M-08)

DUNIA CATUR


Mengenal lebih dekat

GM.Utut Adianto

Dalam rangka HUT TVRI Ke-48 kembali mengundang Utut Adianto untuk melakukan pertandingan eksebisi bersama para pemain catur TVRI termasuk melawan Juara Catur POR III TVRI Bali. Pada kesempatan ini yang di lawan berjumlah 25 orang termasuk Direktur Keuangan LPP TVRI Bpk Antar Sianturi.

Pada kesempatan ini akan kita lihat kemampuan seorang super Utut Adianto sebagai aset bangsa Indonesia, mari kita ketahui untuk mengenal lebih dekat.

Utut Adianto Wahyuwidayat (lahir di Jakarta, Indonesia, 16 Maret 1965; umur 45 tahun) adalah seorang pecatur yang sering dianggap sebagai yang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Ia adalah Grandmaster (GM) Indonesia berperingkat tertinggi di dunia saat ini. Pernikahannya dengan Dr. Tri Hatmanti, kini ia mempunyai seorang anak bernama Mekar Melati Mewangi

Rangkaian perjalanan prestasi selalu di dapat, pada tahun 1986, Utut Adianto meneruskan studinya mengambil jurusan hubungan internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Padjajaran, Bandung. Saat itu, hatinya mulai bimbang, memilih catur sebagai profesi atau melanjutkan kuliahnya. Ia kemudian memberanikan diri menghadap ketua umum persatuan catur seluruh indonesia (Percasi), yang juga menteri luar negeri sekaligus guru besar Unpad, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja untuk berhenti kuliah dan berkonsentrasi bermain catur. Ia juga berharap Pak Mochtar mau membiayai beberapa kejuaraan catur di luar negeri yang akan ia ikuti. Permintaan Utut itu ditolak. Pak Mochtar tetap menyarankannya melanjutkan kuliah. Akhimya, Utut menyelesaikan kuliahnya pada 1989. Setelah itu, ia bekerja di salah satu perusahaan pengembang terkemuka. Selama bekerja, Elo rating-nya perlahan-lahan menurun dari 2.525 menjadi 2.470 dalam waktu setahun terhitung sejak ia bekerja

Pria yang mendapat julukan ‘anak ajaib’ dan ‘syaraf baja’ ini dikenal piawai memainkan buah catur. Ia pertama kali mengharumkan nama Indonesia saat meraih Juara II Dunia (dibawah usia 16 tahun), di Puerto Rico. Dia Olahragawan terbaik Indonesia tahun 1995, ketika masuk ke dalam kelompok elit 60 pecatur top, pada 1995.

Saat meraih gelar grand master, ia adalah pecatur Indonesia termuda yang berhasil mencapai prestasi ini, yaitu pada usia 21 tahun. Sejak saat itu, prestasi tersebut telah berhasil dilewati pecatur muda lainnya, Susanto Megaranto, yang menjadi GM pada usia 17 tahun. Utut sempat menjadi grand master super pada tahun 1995-1999, saat ELO ratingnya melebihi 2600. Ia pernah masuk peringkat 100 besar dunia pada Juli 2001 dengan ELO rating 2598. Bersama dengan Machnan R. Kamaluddin, Ir. Eka Putra Wirya dan Kristianus Liem. Ia mendirikan Sekolah Catur Utut Adianto pada 1 Juli 1993, yang telah melahirkan beberapa pecatur nasional.

Dia terus melatih taktik, penilaian posisi, dan menciptakan langkah baru, jelas Utut, karena dunia catur juga terus berkembang, kendati tidak revolusioner. Yang berkembang subvarian. Di dalam subvarian seorang pemain menemukan langkah yang kuat. Itulah yang membuat catur tetap hidup. Dalam pengembangan langkah ini Utut dikenal sebagai jago Varian Caro-Kann. Kekampiunannya, menurut para pengamat, hanya bisa ditandingi oleh Anatoly Karpov.

Suatu kesempatan ia diundang untuk melakukan pertandingan pada Jumat, 7 September 2007 melawan pesulap dan "mentalist" Deddy Corbuzier dengan hasil pertandingan berakhir buntu (deadlock). Kenapa demikian..? Pada awalnya, pertandingan berjalan lancar, namun selanjutnya terjadi aksi yang dilakukan oleh Deddy saat jari-jarinya terus-menerus mengetuk meja, serta mata pesulap itu terus menerus menatap tajam mata GM Utut Adianto. Kemudian Utut yang telah unggul kualitas permainan, pada langkah ke-19 tiba-tiba melakukan kesalahan di luar akal sehat (blunder) dengan memberikan gratis gajahnya kepada lawan, dan tindakan itu oleh Utut sendiri dianggap aneh. Terus terang saya tidak bisa bermain dengan gangguan suara jarinya, serta tatapan matanya yang terus menerus memelototi saya," kata Utut. Ha...ha....ha...kita tentu semua berfikir ini hanya akal-akan si Deddy saja. Dipertandikan tingkat Internasional ini tidak boleh, sebaliknya Deddy berucap: "Saya tidak tahu kalau apa yang saya lakukan dilarang dalam peraturan pertandingan catur, karena itu memang cara saya seperti itu untuk mempengaruhi lawan. Sedangkan, wasit yang menangani pertandingan itu, Sebastian Simanjuntak, mengatakan, mungkin pertandingan bisa dilakukan kembali pada waktu mendatang dengan adanya kesepakatan peraturan dari kedua pemain itu. Mari kita tunggu saja.....(M-08)