Senin, 22 Februari 2010

Profil Slamet Raharjo


Profil
S
lamet Rahardjo Djarot atau lebih dikenal dengan sebutan Slamet Rahardjo (lahir di Serang, Banten, 21 Januari 1949; umur 61 tahun) adalah seorang aktor senior Indonesia. Nama panggilan kecilnya adalah Memet. Pada tahun 1968 dia memulai karirnya dalam bidang teater dengan turut bergabung dalam Teater populer bersama Teguh Karya.
Beliau adalah seorang publik figur yang sederhana dan senantiasa bersahaja, yang selalu setia dan setiap saat berkunjung ke TVRI Senayan Jakarta.
Keakraban dimulai pada mulanya TVRI mengundang kami sebagai pakar untuk berbagi informasi di bidang masing-masing. Diantara kami ada Arswendo Atmowiloto, Romo Mudji, Putu Wijaya, dan Marseli Sumarno, dan berlima kami berdiskusi sambil mengoreksi acara di TVRI.
Kami menangkap ada pola pikir yang harus diubah. Sebagai tevevisi pelayanan publik, harus juga memperhatikan aspirasi-aspirasi publik, antara lain supaya rakyat bisa merasakan bahwa teve adalah bagian dari diri mereka.
Saya masuk TVRI bukan karena terpaksa. Ini karena saya menyadari betul banyak program yang tidak menjawab pemikiran-pemikiran. Dan ternyata acara kami jadi sebuah penawaran. Alhamdulillah, gayung bersambut, makin lama ratingnya makin bagus, dan beberapa program memiliki rating cukup lumayan dan baik.
Pada mulanya, program itu bernama Beranda Budaya, cuma kok sajake (sepertnya: red) budaya gitu ya, kata-kata yang orang nggak pernah tahu. Lalu kami melihat dari kacamata bahwa saya figur publik, mudah-mudahan bisa duduk di depan. Oleh teman-teman diputuskan, nama acaranya “Minggu Malam Bersama Slamet Rahardjo”.
Sesuai dengan judulnya acara ini memang dibawakan oleh Slamet Raharjo, Seorang aktor senior dan sutradara kawakan. Acara ini adalah acara dialog dengan membahas tema-tema kontemporer yang berada di sekitar kita. Dengan menghadirkan berbagai narasumber yang kompeten namun tetap diformat dalam sebuah obrolan ringan. Obrolan warung kopi. Dan dengan kapasitas sebagai seorang sutradara, Slamet Raharjo mampu mengkolaborasikan tiap narasumber agar tetap berjalan sesuai dengan tema, acara menjadi lebih segar karena Mas Slamet raharjo ditemani seorang seniman, penulis, Arswendo Atmowiloto. Maka semakin riuhlah obrolan Minggu Malem bersama Slamet Raharjo.
Biasanya pembuatan acara dilakukan secara rekaman setiap Kamis sore dan kami bersama crew TVRI bergabung menyamakan persepsi serta diskusi dengan tim inti produksi dan produksi dilakukan dengan mengangkat hal-hal yang hangat dan berkembang di masyarakat.
Sutradara yang mencuat dengan film pertamanya, Rembulan dan Matahari langsung bisa meraih Piala Citra tahun 1980 sebagai film terbaik, Piala Citra dalam kategori Aktor Utama pada film Ranjang Pengantin (1974), Piala Citra dalam kategori Aktor Utama pada film Badai Pasti Berlalu (1977)
Dalam memandu talkshow ditemani Arswendo Atmowiloto. Arswendo berperan sebagai pembuat suasana ”cair” dengan sentilan sinis sekaligus kocak. ”Saya tak bisa memandu acara ini tanpa didampingi ’orang gila’ lainnya,” kata Slamet tertawa.
Tugas saya sebenarnya hanya melengkapi pada awal konsep, menuju desain redaksi saya bersama Wendo, dibantu beberapa teman untuk berkolaburasi. Tapi lalu jadi borongan, bisa redaktur, bisa ini, dan juga harus bisa itu. Baru kemudian terpikir, saya sebagai presenter tidak boleh menyampaikan hal-hal yang bersifat alternatif.
Biografi Slamet Raharjo
Alamat : Jl. Gelatik III, Blok V.3 No: 4, Sektor II Bintaro Jaya.
Ayah : Djarot Djojoprawiro.
Ibu : Ennie Tanudiredja.
Istri : Mira Surianegara.
Anak : Laras (sarjana arsitektur) dan Kasih (semester VI kedokteran UI)
Pendidikan: SD (1959), SMPN VIII Yogyakarta (1962), SMAN TG Pandan (1967), Akademi Film Nasional Jayabaya-Kamera (tidak selesai 1968), Akademi Teater Nasional Indonesia-Art Directing (1969).
Film (antara lain): Tjoet Nja' Dhien (1988), Langitku Rumahku (1990), Fatamorgana (1992), Anak Hilang (1993), Telegram (2000), Pasir Berbisik (2001), Putri Gunung Ledang (2004), Banyu Biru (2005), Ruang (2006), Badai Pasti Berlalu (2007), Namaku Dick (2008), Laskar Pelangi (2008), Cinta Setaman (2008), Lastri (2008).
Teater: Jolalilo, Rambut Palsu, It Should Happen to A Dog, Laddy Aoi, Perempuan Pilihan Dewa, Dag Dig Dug, Pakaian dan Kepalsuan.
Kegiatan lain: Dosen Penyutradaraan FFTV-IKJ, Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1995-1999), Ketua Komisi Budaya Badan Pertimbangan Film Nasional/BP2N (1985-1998), Ketua Yayasan Teater Populer, Direktur Utama PT Ekapraya Tatacipta Film, President of CAPA (Cilect Asia- Pasific Association).
Aktor Slamet Rahardjo juga meraih penghargaan Anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) Award 2009. FTI memberikan penghargaan ini untuk kali keempat ini di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM) pada minggu malam 27 Desember 2009. Anugerah FTI Award diberikan sebagai upaya untuk mengapresiasi pekerja teater yang memberikan kontribusi bagi eksistensi teater Indonesia. Bagi Slamet, dirinya sangat beruntung bekerja di bidang yang sangat ia cintai, yakni teater dan film.
Sederet penghargaan ini telah membuktikan bahwa beliau memang sangat mencintai seni acting yang telah mendarah daging dan patut diteladani, sehingga TVRI pun ikut beruntung karena sangat dekat dengan Slamet Raharjo dalam panduan acaranya Minggu Malam Bersama Slamet Raharjo, semoga dapat bertahan acara ini dan dapat memunculkan inovasi bagi acara-acara TVRI lainnya. (M-08)

1 komentar:

  1. Halo Admin http://blog-ganefo.blogspot.com/

    Kami dari KapanLagi.com.
    Apakah kita bisa kerjasama untuk bertukar link?

    Anda bisa menampilkan link KapanLagi.com di http://blog-ganefo.blogspot.com/
    Untuk posisi link-nya, kami berharap link dari Kapanlagi.com diletakkan di sidebar kanan

    Dan kami akan menampilkan http://blog-ganefo.blogspot.com/ di halaman Kapanlagi.com : http://selebriti.kapanlagi.com/

    Jika berkenan silahkan menghubungi kami via email di humas@kapanlagi.net dengan menyertakan email ini.

    Terima kasih atas kerjasamanya :)

    -- Humas Kapanlagi.com
    Ari Rahmawati

    BalasHapus